Hujan-salju mulai turun pagi ini
Ke-indah-an daun pohon-mu mulai hilang
tahun depan akan kembali lagi
Perputar-an abadi yang berulang
Fall Rhapsody in Ottawa, October 2020 , more photos
It started snowing this morning
Hujan-salju mulai turun pagi ini
Ke-indah-an daun pohon-mu mulai hilang
tahun depan akan kembali lagi
Perputar-an abadi yang berulang
Fall Rhapsody in Ottawa, October 2020 , more photos
Hari
2: Rabu, May 28, 2014
Beth=rumah lehem=roti Yesus lahir di palungan, manjatoya. manja=makan. Maksudnya Yesus lahir di tempat
makanan.
Dipinggir danau Galilea, Yesus menyatakan Ia adalah roti Hidup. Manusia tak dapat hidup hanya dengan roti. Agar kita hidup sejati bahagia.
Misa di Bet Sahour: tempat menginap
gembala, dekat padang gembala.
Ekaristi adalah ritual terima kasih. Yesaya: rencanamu bukan rencanaKu ......... Sebagai orang Katholik kita mencari kekayaan sejati yakni sumber kehidupan: Tuhan Yesus.
# Basilica of the Nativity: the Basilica is dedicated to the
Holy Mother of God, located at the traditional site of Jesus's birthplace.
Nativity church direbut dari Orthodox Junani .... rsia Namun Iran yg menghancurkan Betlehem, tetap mempertahankan tempat
ini karena ada gambar 3 raja dimana salah 1 raja berpakaian Persia.
Pintu gerbang yang tinggi dirubah menjadi pendek,agar orang berkuda tidak dapat masuk.
Yang kiri: tempat kelahiran Yesus, yang kanan: tempat palungan.
# St. Catherine Church
. The Chapel of the Innocents: makam bayi2 yang dibunuh oleh
Herodes
. The Chapel of Holy Family: Keluarga Kudus: St. Joseph
sebagai pelindung
. Patung memperlihatkan St. George berperang melawan dragon.
. Patung Elijah waktu diburu2 lari kehutan, Tuhan menyuruh burung
memberi makan nabi Elijah.
. St. Hironimus -pujangga gereja- tinggal ditempat ini selama 20 tahun untuk menulis kitab suci.
-Via Dolorosa (walk along the Stations
of the Cross)
- Church
of the Holy Sepulchre
!! Tempat Yesus diturunkan dari
salib.(square rock)
!! Tempat Yesus dimakamkan dan bangkit
!! Tempat Kayu Salib Yesus ditanam
Tempat kenaikan Jesus di Mount of Olives, 1 km dari Golgota, karena pada Sabat, orang hanya boleh berjalan 1 km.
We, Pintor, Tinam and I chatted together in the co-ass residents room of the Obs-Gyn Department, FKUI RSCM (Dec 1974)
"Nam, does Blue Bird still need taxi drivers?"
"Yes. Who wants to work?"
"It's me"
"Ah, that's right... OK, if you want it, you need to have a General A driving licence (SIM). Later, when you have a SIM, let me know."
I knew it from Gilbert Supartono Sinay, now a neurologist and current Air Force Major, who already drove as a Blue Bird taxi driver. I quickly got an A-General SIM, because of connections from Cinga (cicik tengah) drg. Cathrien Indradjaja, who worked at Komdak-VII.
My Obs-Gyn Department was the last co-assistant residency before I became a medical doctor, 26 December 1973. I asked Tinam, Purnomo Prawiro, director of Blue Bird.
"Pet, come to the BB (Blue-Bird) office, to be tested at 10 am."
I came to the BB office, on Jl. HOS Cokroaminoto. Finally, after waiting for more than 4 hours, at 2 pm, Mrs. Djoko came out with a male employee to meet me. Mrs. Djoko said:
"Let's test drive."
I drove a BB taxi, accompanied by a male employee and Mrs. Djoko sat in the back.
Hooray, I passed this driving test conducted by the CEO of Blue-Bird herself !
"When do you want to work?
"As soon as possible, ma'am." , I said glowing gratefully.
"Okay. Tomorrow morning you go to jl. Angkasa, near Kemayoran. Bring this letter."
The next day for three months, from December 1973 to February 1974, I became a Blue Bird Taxi driver. Blue sky Holden car. I worked from 8 am in the morning up to 10 pm. Because of my enthusiasm, I often asked to work five days a week. I just realized that waiting for 4 hours was a test of patience that a taxi driver must have. I often have to wait a long time when picking up customers. Thank you, Mrs. Djoko.
While driving as a taxi-driver, I met Anjar Asmara (soccer player), tourists from various countries, office workers and several doctors, my teaachers...
Becoming a Blue Bird taxi driver was truly a meaningful and unforgettable experience for me.
please click here at ...... More photos Tinam & friends in Baruna 2016
Semua AKU yang punya
Saya telah di angkat dari lembah kematian oleh tangan TUHAN yang kuasa.
Isteri Farida dan saya, bersama dengan 4 teman Canada, ikut cruise Diamond Princess: 20 Jan
sd 4 Feb 2020. Namun 04 Feb di Yokohama, kami tak bisa keluar, karena harus di karantina.
Pada 7 Februari 2020, saya mulai sakit. Dimulai beringus, lalu batuk kering, tak nafsu makan,
muntah, mau tidur terus, sakit kepala dan badan panas. Sampai panas 39.5 Celsius, akhirnya
dirawat di Saiseikai Yokohamashi Tobu Hospital: 11 Feb sampai dengan 6 Maret, dengan
diagnosa: ARDS, pneumonia Covid-19.
12 Feb nafas makin sulit, dan team dokter menganjurkan saya untuk dipasang ventilator. Saya
menolak, karena ingat akan papa yang setelah memakai ventilator, tak bisa bicara sampai papa
meninggal. Saya sadar waktu sudah dekat, minta pengakuan-dosa, dan sakramen Ekaristi dan
Orang sakit. Untung Dodi mengenal Pastor Antonius Firmansyah SJ yang kebetulan bertugas di
Tokyo. Saya diberikan Sakramen pengampunan-dosa dan Blessings melalui telpon, karena
Pastor tidak dapat masuk ke RS.
“Sekarang sudah banyak kemajuan kedokteran. Ikuti saja pendapat dokter...”, desakan
anak-anak dan isteri. Akhirnya 13 Feb saya menyatakan setuju, dan 14 Feb ventilator dipasang.
Dalam ventilator, saya merasa berada di ruang yg sangat panas. Di Ujung kaki terlihat api
warna merah kuning menyala-nyala. Saya takut mati. Saya panggil TUHAN Jesus.
“ Jesus datanglah, Jesus datanglah.” Saya teriak walaupun sebetulnya tak ada suara yang
keluar.
“ Datanglah Jesus, biarlah saya memegang jubah-MU, maka saya akan sembuh.”
“ Mana janji-MU, Mana? Mana? “
“ ENGKAU bilang, mintalah, ketuklah, maka kamu akan mendapat.”
“ Mana janji -MU?”
“ Tetapi saya tak mau di jemput pulang, saya masih ingin melihat cucu-cucu menjadi besar.”
Lalu terjadi tawar-menawar dengan malaekat TUHAN.
Lalu riwayat hidup saya di rewind. Diperlihatkan semua keburukan dan dosa-dosa saya. Lalai,
pelit, sombong. Tiba-tiba terdengar suara
“Semua ini AKU yang punya !”
Saya menangis, menyesal sekali dan bertobat.
“ Jesus sembuhkanlah saya..”
Begitu permintaan saya ber-kali-kali sambil menangis. Kemudian saya tidak ingat apa-apa.
Sayup-sayup saya mendengar suara dokter Kawai. Rupanya tanggal 20 Feb, ventilator
dicabut, lalu saya dipindah ke ruang ICU-biasa, “ Saya mau cabut semua pipa, apakah boleh? ”
Saya tidak bisa bilang apa-apa, karena badan saya lemah sekali. Bagaimana bila alat bantu ini
diangkat? Dari jendela, Farida terlihat mengangguk-angguk kan kepala: “Setuju saja, ikuti saja
perintah dokter.”
Saya anggukan kepala, semua pipa selang diangkat, sampai selang infus khusus untuk
memasukkan obat dan ambil sample darah diangkat juga.
Sejak saat itu saya semakin membaik. Latihan duduk, berjalan sedikit dituntun, lalu berjalan
sendiri dengan tiang infus. Dokter Nakajima memberikan rencana saya untuk keluar RS, yaitu:
“ Bila keadaan membaik, kamu akan dipindah ke kamar biasa. Lalu bila semua baik dan hasil
test Covid-19 dua kali negatif, kamu boleh keluar RS.”
Saya tanya: “Kapan saya boleh keluar dari ICU?”, dokter tidak menjawab, lalu pergi.
Hanya perawat menjawab:, “Bila semuanya membaik." Artinya tak ada waktu yg pasti.
Saya tak mau mati, dan tak mau cacat. Saya segera, sebisanya, terus berlatih dengan semangat. Kalau tidak mengantuk saya jalan kaki, usahakan sedikit hanya 10 menit, dan sampai 3 x 30 menit sehari. Saya merasa hopeless dan useless. Untunglah perawat sangat baik, sampai ditanya hobinya apa. “Menyanyi.” Lalu perawat Izume mengajak saya bernyanyi bersama: “ I’ll just called to say I love you.”
Di Ruang ICU-biasa, 20-26 Feb, di kamar biasa 26 Feb--6 March. Tanggal 6 March, saya keluar RS, dan ke hotel bertemu kembali dg Farida. Langsung bisa latihan jalan di pertokoan di sekitar hotel. Syukur kami cepat sekali dapat tiket pesawat. Dalam dua hari, tanggal 8 Maret 2020, kami terbang kembali ke Ottawa.
Dari catatan isteri, ternyata saya sebenarnya sudah mati tanggal 17 Feb.
15 Feb: Petrus was in bad condition. Kata dr. Toyoda yang mengantar Farida melihat saya.
16 Feb P was worse
17 Feb P tidak ada harapan..
18 Feb... ajaib.. keadaan P membaik, ada gerakan bola mata.
19 Feb keadaan umum makin membaik. Lab membaik, dan direncanakan untuk extubasi 20 Feb,
bila semua tetap membaik.
20 Feb intubasi dicabut. Puji Tuhan !
Untunglah Farida tidak kena covid, sehingga ia bisa menolong saya, sewaktu saya sakit. Agar dekat, Farida dapat menginap di RS. Sebelumnya RS hanya untuk orang yang sakit saja. Farida menginap di RS 14 Feb sd 1 Maret. Lalu pindah ke hotel 1 Maret.
Saya berterima kasih sekali atas bantuan pengobatan team dokter, perawat RS. Dan doa semua teman dan saudara, biarawan-biarawati, terutama isteri dan anak, yang telah berupaya mengetuk pintu ke-Rahim-an Tuhan. Saya mendapat doa-doa, puasa, dan perjamuan Misa Suci. Yang mendoakan saya, juga teman Kristen, Islam, dan yang tak beragama.
Sampai di Ottawa jam 1 am, dini hari hari 9 March 2020.
Di Ottawa, saya terus berlatih pernafasan, dan membaca Kitab Suci + doa rosario + doa Jesus
meditasi satu jam setiap hari. Mohon terus rahmat TUHAN, pasca Covid masih membahayakan
kesehatan. Bersyukur, puji TUHAN, saya bisa bertemu dan bermain dengan cucu-cucu. Hanya
kerongkongan cepat kering, dan masih cepat capai.
Semuanya ini terjadi karena berkat dan bantuan TUHAN yang Mahakuasa. Yang menarik saya
dari lembah kematian. TUHAN memberikan kesempatan saya hidup kembali, agar saya bisa
mengajak orang lain datang dan menikmati berkat yang sama seperti saya alami. Amin.
Petrus T