Tuesday, March 30, 2021

TUHAN adalah pemilik hidupku

Semua AKU yang punya

Saya telah di angkat dari lembah kematian oleh tangan TUHAN yang kuasa.

Farida dan saya, bersama dengan 4 teman Canada, ikut cruise Diamond Princess: 20 Jan sd 4 Feb 2020. Namun 04 Feb, kami tak bisa keluar dari cruise sesampai di Yokohama, krn harus di karantina. Pada 7 Februari 2020, saya mulai sakit. Untunglah Farida tidak. Saya batuk, mula-mula beringus, lalu batuk kering; tak nafsu makan, muntah satu kali, mau tidur terus, sakit kepala dan badan panas. Sampai panas 39.5 Celsius, yang tidak bisa turun dengan obat anti panas, akhirnya saya dirawat di Rumah Sakit Yokohama.  Mulai 11 Feb sampai dengan 6 Maret, dengan diagnosa: ARDS, pneumonia Covid-19.

12 Feb nafas makin sulit, dan team dokter menganjurkan saya untuk dipasang ventilator. Saya menolak, karena ingat akan papa yg setelah memakai ventilator, tak bisa bicara sampai papa meninggal. Tetapi Anak2 dan isteri terus menganjurkan,

“Sekarang sudah banyak kemajuan kedokteran. Ikuti saja pendapat dokter…”, 
akhirnya 13 Feb saya menyatakan setuju, dan 14 Feb ventilator dipasang.

Dalam ventilator, saya merasa berada di ruang yg sangat panas. Di Ujung kaki terlihat api warna merah kuning menyala-nyala. Saya takut mati. Saya panggil TUHAN Jesus. “ Jesus datanglah, Jesus datanglah.” Saya teriak walaupun sebetulnya tak ada suara yang keluar. “
"Datanglah Jesus, biarlah saya memegang jubah-MU, maka saya akan sembuh.”
“ Mana janji-MU, Mana? Mana? “
“ ENGKAU bilang, mintalah, ketuklah, maka kamu akan mendapat.”
“ Mana janji -MU?”

“ Tetapi saya tak mau di jemput pulang, saya masih ingin melihat cucu-cucu menjadi besar.”

Lalu terjadi tawar-menawar dengan malaekat TUHAN. Lalu riwayat hidup saya di rewind. Diperlihatkan semua keburukan dan dosa-dosa saya. Lalai, pelit, sombong. Tiba-tiba terdengar suara “Semua ini AKU yang punya !” 

Saya menangis, menyesal dan bertobat. “ Jesus sembuhkanlah saya..” Begitu permintaan saya ber-kali-kali sambil menangis. Kemudian saya tidak ingat apa-apa, dan sayup-sayup saya mendengar suara dokter Kawai. Rupanya sudah 20 Feb, ventilator dicabut, dan saya telah dipindah ke ruang ICU-biasa. "Saya mau cabut semua pipa , selang infus, apakah boleh”, tanya dokter Kawai.
Saya tidak bisa bilang apa-apa, karena sebenarnya saya takut, badan lemah sekali, tangan hanya bisa digeser. Bagaimana bila alat bantu ini diangkat. Dari jendela, Farida terlihat mengangguk-angguk kan kepala: “Setuju saja, ikuti saja perintah dokter.” Ya mau apa lagi, saya meng-angguk kepala, dan semua pipa selang diangkat, sampai selang infus khusus untuk memasukkan obat dan ambil sample darah diangkat juga. Beberapa menit kemudian selang khusus ini dipasang kembali. Sejak saat itu saya semakin membaik. Latihan duduk, berjalan sedikit dituntun, lalu berjalan sendiri dengan tiang infus. Dokter memberikan rencana saya untuk keluar RS,
“ Bila keadaan membaik, kamu akan dipindah ke kamar biasa. Lalu bila semua baik dan hasil PCR dua kali negatif, kamu boleh keluar RS."

Saya tanya: “Kapan saya boleh keluar dari ICU?”, dokter tidak menjawab, lalu pergi. Hanya perawat menjawab:, “Bila semuanya membaik,"  tetapi tak ada waktu yg pasti. 
Saya tak mau mati, dan tak mau cacat. Saya segera, sebisanya, terus berlatih dengan semangat. Kalau tidak mengantuk saya akan jalan kaki, usahakan sedikit hanya 10 menit, 3 kali sehari, dan sampai 3 x 30 sehari. Saya bisa bak (buang air kecil) dengan botol dan bila bab (buang air besar) harus turun dari tempat tidur, hanya dengan pertolongan perawat. Saat inilah saya merasa hopeless dan useless. Untunglah perawat sangat baik, sampai ditanya hobinya apa. “Menyanyi.” Lalu perawat Izume mengajak saya bernyanyi bersama: “ I just called to saya I love you.” Stevie Wonder.
https://www.youtube.com/watch?v=58RgLQ_0Ars

Di Ruang ICU-biasa, 20-26 Feb, di kamar biasa 26 Feb--6 March. Tanggal 6 March, saya keluar RS, dan ke hotel bertemu kembali dg Farida. Langsung bisa jalan-jalan ke pertokoan disekitar hotel. Syukur kami cepat sekali dapat tiket pesawat. Dalam dua hari, tanggal 8 Maret 2020, kami terbang kembali ke Ottawa. Dan dapat bonus tambahan upgrade ke First Class. 

Dari catatan isteri, ternyata saya sebenarnya sudah mati tanggal 17 Feb. 
15 Feb: Petrus was in bad condition 
16 Feb P was worse 
17 Feb P tidak ada harapan.. 
18 Feb… eh keadaan saya membaik, ada gerakan bola mata. 19 Feb keadaan umum makin membaik. Lab membaik, dan direncanakan untuk extubasi 20 Feb, bila semua tetap membaik.  
Puji Tuhan ! Untunglah Farida tidak kena covid, sehingga ia bisa membantu saya yang sakit, bingung delirium.

Farida bisa menginap di RS, dengan kekecualian khusus. Sebelumnya RS hanya untuk orang yg sakit saja. Farida diberikan kamar di RS 14 Feb sd 1 Maret. Lalu pindah ke hotel 1 Maret.
Saya berterima kasih sekali atas bantuan dan perhatian dan doa semua teman dan saudara, terutama isteri dan anak, yang telah berupaya mengetuk pintu ke-Rahim-an Tuhan. Saya mendapat doa-doa, puasa, dan perjamuan Misa Suci. Yang mendoakan saya, bukan hanya teman yg katolik, tapi juga teman Kristen, Islam, Budha, Hindhu, dan yang-tak-beragama. 

Sampai di Ottawa jam 1 am, dini hari hari 9 March 2020. 16 Maret Farida mengajak saya, untuk berjalan ke taman dekat rumah. Bisa jalan kaki 10 menit, lalu 15 menit, 30 menit sampai bisa jalan kaki satu jam. Dan seterusnya, saya ushakan jalan kaki 1 jam setiap hari, lima kali seminggu.

Saya berlatih pernafasan dgn DB-R taichi, dan Ping Shuai Gong 30 menit, plus meditasi satu jam setiap hari. Saya mendapat banyak kemajuan. Bersyukur, sekali lagi bersyukur, bisa bertemu dan main dengan cucu-cucu. Dengan mereka, saya bisa berlari-lari kecil. Hanya kerongkongan-tenggorokan cepat kering, dan masih cepat capai. 
Semuanya ini terjadi karena berkat dan bantuan TUHAN yang Mahakuasa. Yang menarik saya dari lembah kematian. TUHAN memberikan kesempatan saya hidup kembali dengan suatu rencana, yang saya tidak tahu. Yang saya tahu, TUHAN minta saya mengajak orang lain datang pada NYA untuk menikmati berkat yang sama seperti saya alami. Amin.

5 comments:

  1. Syukurlah Petrus, Tuhan meliindungi. Cerita yg nenusuk hati. Dipintu hatiMu aku mengetuk kepadaMu aku serahkan diriku.

    ReplyDelete
  2. Wow... Alleluiah... Puji Tuhan... You are back...
    Must celebrate in kitchener with us once covids gone... 😁 😁

    ReplyDelete
  3. Thank you friends.... I will celebrate my present-life as good as I can to praise HIM ! Yes, surely my wife and I will go to Kitchener, koh Tjong Hoat, after covids gone.

    ReplyDelete
  4. Good testimoni
    Praise the Lord God

    ReplyDelete